Penulis : metrosultra.com
|
Editor : metrosultra.com
|
Reporter : metrosultra.id

Desa Tirongkotua mungkin belum terdengar oleh banyak telinga, tetapi keindahan alamnya layak untuk dieksplorasi. Terletak di lereng gunung, desa ini menawarkan pesona alam yang memesona. Desa ini dikelilingi oleh hijaunya hutan dan sungai yang meliuk-liuk. Gunung yang menjulang tinggi memberikan pemandangan spektakuler saat matahari terbenam. Setiap sudut desa memberikan nuansa ketenangan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.

Desa Tirongkotua juga dikenal dengan kearifan lokalnya. Masyarakatnya memiliki tradisi dan budaya yang unik, dari upacara adat hingga kerajinan tangan tradisional. Mengunjungi desa ini memberikan peluang untuk memahami kehidupan masyarakat lokal yang ramah dan hangat.

Dengan keberagaman flora dan fauna, Desa Tirongkotua menjadi destinasi ekoturisme yang menarik. Para pengunjung dapat menikmati trekking menyusuri hutan, mengeksplorasi gua-gua alami, atau bersantai di tepi sungai yang jernih.

Tidak hanya alamnya yang memesona, tetapi Desa Tirongkotua juga menawarkan kuliner khas yang lezat. Makanan tradisional yang disajikan dengan cita rasa autentik akan memanjakan lidah Anda. Cobalah hidangan lokal yang diolah dengan bahan-bahan segar dari sekitar desa.

Desa ini aktif dalam kegiatan sosial dan kebersamaan. Berbagai acara komunitas, seperti festival seni atau kegiatan gotong-royong, sering diadakan untuk mempererat hubungan antarwarga dan mempertahankan kehidupan komunal.

Selain keindahan alam dan budaya, artikel ini juga memberikan potret kehidupan sehari-hari penduduk Desa Tirongkotua. Dari pekerjaan sehari-hari hingga tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Desa ini juga aktif dalam menjaga keberlanjutan alamnya. Inisiatif pelestarian lingkungan, seperti penanaman pohon dan pengelolaan sampah, menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat setempat.

Sejarah Desa Tirongkotua, memberikan wawasan tentang perjalanan dan perkembangan desa hingga saat ini. Dimana desa Tirongkotua pada awalnya daerah ini termasuk kedalam wilayah Desa Rahadopi. Pada Tahun 1997 dimekarkan dan berdiri sendiri menjadi sebuah wilayah desa yang baru Daerah ini dihuni oleh Suku Asli Moronene/Tokotua. Masyarakat yang tinggal di daerah ini pun sepakat memberi nama desa ini dengan nama Sampalakambula yang Selanjutnya dirubah menjadi Tirongkotua.

“kalau ada Para wisatawan yang ingin mengunjungi Desa Tirongkotua selalunya mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat, menyiapkan penginapan hingga panduan untuk menjelajahi keindahan desa ini,” Terang Arfan.

Menurutnya, jika ingin menggali lebih dalam tentang Desa Tirongkotua, secara otomatis kita mengapresiasi keberagaman alam dan budaya yang ada di Indonesia. (red)